Saturday, 30 May 2020

Pindah dan Tinggal di Raya Dolog

Keluarga Jaulung, Ibu dan adik-adiknya sadar bahwa mereka membutuhkan keluarga dekat. Karena itu mereka sepakat untuk pindah dari Sinondang ke Raya Dolog. Alasan mereka pindah karena saudara laki-laki  dari Ongga, si Ibu janda tinggal di sana yaitu Johi, Arab dan Jahadam. Untuk mengangkat barang-barangpun tidak ada bantuan. Harus dikerjakan sendiri. Mereka berjalan melewati padang yang luas, melewati tempat-tempat yang berbahaya karena masih ada kerbau yang liar. Mereka berjalan sambil mengangkat barang melalui Bah Mayu, melewati Gunung (nama tempat) sampai ke Raya Dolog.

Mereka harus menumpang dulu di rumah keluarga Gatin, anak Tuan Raya Dolog, saudara sepupu Ongga boru Purba. Perpindahan ini sekitar pertengahan tahun 1905. Mereka masih bingung, apakah yang akan mereka kerjakan? Untuk membuka lahan baru harus dapat menebang pohon yang besar-besar. Jaulung belum mampu. Karena itu keluarga baru ini mencari ladang galunggung (ladang yang ditinggalkan yang masih dapat dipakai). Mereka membuka ladang di 4 tempat. Penduduk Raya Dolog saat itu banyak kekurangan pangan. Sering mereka mencari makanan sampai ke Sinondang dan menukarnya dengan ikan. Di Raya Dolog banyak sungai kecil-kecil jadi mudah mencari ikan

Tidak berapa lama paman Jaulung pun pindah dari Raya Dolog ke Parsimagodan. Keluarga Jaulung pun turut pindah dengan maksud untuk membuka perkampungan baru. Paman Jaulung pindah karena suruhan Raja Raya. Perpindahan itu sebenarnya hanya jarak 2 KM saja. Kembali lagi membuka lahan baru. Mereka bersyukur karena tanah di Parsimagodan jauh lebih subur. Jaulung pun belajar mendirikan gubuk bagi mereka diajari  dan dibantu pamannya. Gubuk ini hanya beratap bambu, dinding juga dari bambu, juga lantai dari bambu. Gubuk itupun dibangun di samping rumah pamannya

 

Kisah di atas diambil dari halaman 20 buku Otobiografi Pdt J Wismar Saragih yang ditulis ulang oleh Amboru Pdt Minaria br Sumbayak dan Makela Jaiman Sumbayak.