Wednesday, 2 November 2016

LAMBANG & FILOSOFI MARGA PURBA SIGUMONRONG


Ketika perang antar suku masih merupakan pola kehidupan di zaman nenek moyang, seorang anak yang cemerlang diselamatkan oleh orangtuanya dari pembataian musuh dengan menyembunyikannya di balik sebuah gong. Sang anak pun luput dari maut, bertumbuh dewasa dan kemudian hari menjadi panglima perang. Demikian hikayat asal-usul marga Purba Sigumonrong yang memiliki kesejajaran dengan kisah Nabi Musa yang diselamatkan dalam keranjang bayi di sungai Nil.

Gong menjadi lambang Purba Sigumonrong yang menggambarkan jiwa ketokohan, panutan dan penentu dalam kehidupan masyarakat. Sebelas anak panah (dalam bahasa Simalungun : sapuluh sada) melambangkan sentra-sentra penyebaran kaum marga Purba Sigumonrong di berbagai huta hasusuran (Cingkes, Marubun Lokkung, Raya Panribuan, Bahapal Raya, Mappu, Raya Tongah, Sondi Raya/Partayuban, Sinondang/Bawang, Bah Bolon, Sambosar dan Nagori Dolog) yang berapapun jumlahnya semuanya terikat dalam satu kesatuan yang bulat. Tulisan PURBA SIGUMONRONG berwarna hitam menggambarkan ketegasan sikap dan ketegaran. Latar belakang awan dan langit nan biru menggambarkan kelembutan dan keceriaan hati. Nuansa merah-hitam dari bola dunia dan panah api yang melesat melambangkan keberanian menerobos ke masa depan dengan semangat menggemuruh genderang Sigumonrong
Ditulis dan didisain oleh Bp St. Holman Purba Sigumonrong